Thursday, September 25, 2008

SIGN OF THE LAST DAY

GEMPA BUMI, KORUPSI DAN TANDA-TANDA KIAMAT.

Oleh Ruli Alqodri Mustafa
The Lafidzi Center
E-mail :
rulimustafa@yahoo.com

“Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan Hari Kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Hari Kiamat sudah datang ?” (QS. Muhammad-ayat 18)


Boleh jadi sebagian dari kita mungkin bersikap skeptis atau apatis bila membaca judul tulisan ini. Apalagi mencoba mengaitkan terjadinya gempa bumi, lalu korupsi dengan tanda-tanda akhir zaman. Tetapi bagi mereka yang beriman kepada Allah dan kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya niscaya akan memiliki pandangan positif. Karena sesungguhnya telah ada pelajaran penting di zaman para Nabi-dan Rasul yang menggambarkan hubungan keterkaitan metafisis antara perilaku buruk dalam hidup manusia dengan azab Tuhan yang berlaku atasnya. Jadi setiap kejadian bencana alam bukan semata-mata karena sesuatu yang normal dari sudut pandang sains & teknologi manusia, yang terukur dengan eksak. Namun diatas semua itu ada ‘Tangan Tuhan” yang menjadi causa-prima kejadian-kejadian tersebut sebagai peringatan dan “teguran” agar manusia sebagai mahluk ciptaannya selalu melakukan introspeksi, berfikir positif, cerdas dan semakin dekat beribadah kepada-Nya. Dalam perspektif sejarah umat-umat terdahulu, selalu ada contoh, bahwa betapa pelanggaran-pelanggaran berat yang dilakukan manusia selalu akan mendapat “jawaban” Tuhan berupa fenomena alam yang spesifik dan sistemik hingga tak jarang bisa mengeliminasi keberadaan suatu bangsa. Rangkaian kejadian itu bukanlah misteri alam, melainkan fakta yang bisa dijelaskan oleh akal dan nurani manusia sendiri. Ibaratnya sebuah sekrup rusak yang akan memengaruhi makanisme mesin secara keseluruhan Demikian pula perbuatan tangan manusia dalam mekanisme sistem “mesin” alam semesta yang diciptakan Tuhan. Sebut saja misalnya sejarah penduduk Rass, Madyan dan Aikah di zaman Nabi Syuaib A.S.yang korup –destruktif dan berlaku curang dalam hal mengurangi timbangan- di azab Tuhan dengan gempa bumi dan ledakan dahsyat ( QS-Al-A’raaf 78-91, Al-Ankabut 37, Al-Hijr 83 dan Al-Furqaan 38,39 ), atau perilaku pendustaan agama –makar kepada Allah, hedonisme dan kesombongan bangsa Aad kaum Nabi Hud A.S ( QS Asy-Syuaraa 128,129 dan Fushshilat 16 ) yang ditimpa badai taufan besar. Juga bangsa Tsamud kaum Nabi Shaleh A.S ( QS An-Naml 50,51 dan Fushshilat 17 ) . Disamping itu azab Allah atas penduduk Sadom di era Nabi Luth AS karena kemaksiatan dan perilaku sex bebas dan menyimpang, telah dimusnahkan keberadaannya oleh Allah dengan azab gempa dan longsor dahsyat ( QS Al-Hijr 73,74 ). Contoh korupsi, ketamakan dan melecehkan Ayat-ayat Allah juga terjadi pada kaum Nabi Musa AS yakni Qarun, Haman dan Fir’aun, sehingga mereka ditenggelamkan oleh Allah (QS Al-Ankabuut 39 dan Al-Qashash 38 ) serta azab tsunami di era Nabi Nuh A.S karena sekelompok kerabat dan kaumnya enggan mengakui eksistensi Tuhan. Jadi moral sejarah umat manusia terdahulu merupakan fakta bahwa telah tercatat beberapa contoh kasus yang sekaligus peringatan -yang mengandung hikmah- kepada seluruh umat manusia di sepanjang zaman agar jangan pernah mengulangi perbuatan serupa. Jika tidak, maka konsekuensinya adalah diturunkannya azab Allah yang lebih dahsyat, tanpa tebang pilih. Inilah suatu pelajaran logis keadilan Tuhan dan contoh faktual dari “kiamat kecil” di masa lalu. Bagi mereka yang menggunakan akal fikirannya untuk menjemput Hidayah Allah, maka catatan sejarah ini akan mampu menjadi driving force untuk sebuah perubahan ( change/hijrah ) revolusioner ke arah ketaatan kepada perintah Tuhannya. Sebaliknya untuk mereka yang kafir, makar kepada Allah dan mengingkari proses sistemik ayat-ayat Allah, maka peringatan apapun tak akan mampu mengubah keburukan atas jatidirinya ( QS Yaasiin 10 )

Tanda-Tanda Yaumul-Akhir
Sejak runtuhnya filsafat polytheisme dan materialisme Yunani serta agama-agama di Sumeria dan Mesir yang mengagungkan keabadian dunia, orang mulai berfikir rasional dalam beragama sehingga tiba kepada suatu pemikiran bahwa selalu ada akhir dari sebuah permulaan. Maka kemudian manusia mulai menganut agama-agama yang “masuk akal’ dan mulai mempelajari tentang proses awal dan akhir penciptaan langit dan bumi. Penganut agama besar di belahan dunia manapun meyakini tentang terjadinya Hari Kiamat, meski dalam persepsi yang berbeda-beda. Bahkan di AS beberapa tahun lalu ada sekte yang menamakan dirinya “sekte hari kiamat”: begitu yakin mengetahui dengan pasti kapan terjadinya hari akhir tersebut, hingga nekad melakukan ritual bunuh-diri massal. Begitu juga ada kelompok sempalan Agama di dalam negeri yang mencoba melakukan hal yang sama. Tapi faktanya hingga detik ini, tak ada seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan Yaumul-Akhiratau kiamat itu terjadi.

Dalam Islam, adalah merupakan suatu kewajiban –bagian dari rukun iman- untuk meyakini dengan sungguh-sungguh ( haqqul yaqin ) tentang akan terjadinya hari kiamat (Yaumul-Qiyamah). Mereka yang mengingkarinya digolongkan kedalam kekafiran dan pendusta agama. Meskipun demikian pengetahuan tentang hari kiamat hanya ada pada Allah Ta’ala ( QS Al-A’raf ayat 187 ). Salahsatu hal yang diwahyukan oleh Allah di dalam kitab suci Al-Quran adalah bahwasanya alam semesta ini akan berakhir, sebagaimana maut menjemput umat manusia serta segala mahluk hidup lainnya. Dunia sebagai sebuah sistem yang serba teratur ini, telah berfungsi secara sempurna selama milyaran tahun merupakan Maha Karya Tuhan yang telah menciptakan segalanya, walaupun akan tiba juga pada titik akhir atas perintah-Nya dan pada saat yang telah ditetapkan-Nya ( fate & destin y) . Titik akhir ini di dalam Al-Qu’ran disebut As-Sa’ah. Penamaan As-Sa’ah bukanlah menunjuk kepada sembarang waktu atau saat, namun kata tersebut menunjukkan waktu tersebut takkala dunia akan berakhir. Kendati hanya Allah yang mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, akan tetapi Allah telah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk memberikan deskripsi umum tentang tanda-tanda akhir zaman. Kehidupan manusia mengandung perumpamaan. Banyak orang meyakini ada fase “tanda-tanda’ takkala maut hendak menjemput seseorang, hingga tahap sakaratul maut dan kematian yang sesungguhnya. Demikian pula halnya dengan dunia, ada tahapan periode dimana muncul “tanda-tanda zaman” sebelum segalanya berakhir, dan manusia hanya sedikit saja diberikan ilmu pengetahuan oleh Allah. Nabi Muhammad SAW diberikan oleh Allah kemampuan untuk “membaca tanda-tanda zaman” yang akan berakhir ini agar memberikan peringatan kepada umat manusia. Hal ini tak lain agar kita semakin menguatkan dan memperkaya ( enrichment ) Iman kita ( ilmun-yaqin ) kepada Allah akan terjadinya Hari Kiamat tersebut. Banyak ulama dan cendekiawan Muslim dunia yang mencoba mengelaborasi Hadits-Hadits sahih dari Nabi Muhammad SAW yang mengacu kepada tanda tanda akhir zaman ini. Salahsatunya adalah Dr.Harun Yahya, seorang ulama dan cendekiawan muslim kelahiran Turki. Bukunya “Sign of the Las Day” , 2003 mencoba merangkum isyarat zaman dari hasil pengkajiannnya atas Al-Quran dan Hadits Rasul yang terkait dengan pengetahuan manusia terhadap tanda-tanda akhir zaman. Tanda-tanda kiamat tersebut antara lain adalah perang dan anarkisme, kehancuran negeri-negeri akibat perang dan bencana alam . Terjadinya gempa-gempa bumi, kemiskinan absolut dan struktural, degradasi moral, sains dan teknologi yang menyesatkan serta penolakan dan pendustaan atas nilai-nilai agama (kekufuran)...

Gempa Bumi , Sebuah Peringatan
Hadits Nabi Muhammad SAW 14 abad silam menyebutkan bahwa banyaknya peristiwa gempa bumi akan lebih sering terjadi sebagai salahsatu pertanda datangnya hari akhir. “As-Sa’ah (Hari Kiamat) tidak akan tiba hingga… seringnya terjadi gempa-gempa “. (Hadits riwayat Bukhari-juga diriwayatkan dari Ummu Salamah R.A). Di Dalam Al-Quran, terdapat ayat-ayat tertentu yang menerangkan hubungan antara gempa-gempa dan akhir zaman. Surat 99 dinamakan Surat Az-Zalzalah yang artinya goncangan yang sangat hebat atau gempa bumi. Surat ini terdir atas 8 ayat menggambarkan kedahsyatan goncangan diatas bumi dan menyatakan bahwa setelah itu, akan tibalah Hari Pengadilan. Orang Orang akan dibangkitkan dari kubur mereka, mempertanggung-jawabkan diri mereka dihadapan Allah, dan menerima ganjaran yang adil, bahkan untuk hal terkecil yang pernah mereka lakukan.
Dalam dasawarsa terakhir ini di seluruh dunia terjadi banyak sekali gempa-gempa berskala besar, khususnya di Indonesia. Bahkan intensitas gempa terbesar abad ini paling sering terjadi di wilayah Nusantara yang menurut ilmu pengetahuan manusia, wilayah kita memang rentan karena masuk dalam area cincin-api dan struktur patahan yang berpotensi terjadinya gempa-gempa. Perhatikan saja setidaknya ada 5 gempa besar yang melanda Indonesia dalam lima tahun terakhir ini, Pertama gempa dan Tsunami di Aceh, 9,2 skala Richter pada 26 Desember 2004. Kedua, gempa di Kep.Nias, 8,7 SR, pada 28 Maret 2005, Ketiga, gempa di Yogya, 6,3 SR, pada 27 Mei 2006. Keempat, gempa dan tsunami di Pangandaran, 7,7 SR pada 17 Juli 2006 dan Kelima yang baru-baru ini terjadi di awal Ramadan 1428 H yaitu pada 12 September 2007 lalu di Bengkulu dan Padang dengan kekutan 7,9 SR dengan kekuatan 7,9 SR. Ratusan ribu orang telah tewas dalam peristiwa gempa-gempa dahsyat yang terjadi secara berurutan itu, belum lagi ratusan gempa-gempa berskala kecil yang terjadi dalam periode tersebut. Sementara itu berdasarkan catatan seismik Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), Gempa Bengkulu mirip dengan gempa Aceh 2004 lalu, yaitu terjadinya tumbukan atau penghujaman lempeng samudera Hindia ( Indo-Australia ) ke bawah palung Sunda yang terdapat tepat di bawah Pulau Sumatera ( lempeng Eurasia ). Berdasarkan ilmu pengetahuan manusia pula maka dapat diketahui bahwa ternyata ada struktur patahan ( sesar ) yang tergolong aktif, yang disebut sebagai sesar semangko memanjang hingga 3000 km di pulau Sumatera dan bergerak dengan kecepatan 6 cm/tahun. Artinya adalah –ibarat domino effect-bahwa potensi gempa serupa atau lebih dahsyat bisa saja terjadi sewaktu-waktu di wilayah Indonesia, khususnya daerah pulau Sumatera dan Jawa. Sesungguhnya pergerakan gunung dan sesar itu memang telah dinyatakan dalam Al-Quran ( Surat An-Naml ayat 88). Selama lima kali gempa tersebut, kecuali propinsi Lampung, banten dan DKI Jakarta, hampir semua wilayah propinsi di pulau Sumatera dan Jawa sudah terkena dampak berat. BMG bahkan pernah memprediksikan akan adanya gempa besar berikutnya di Jawa dan Sumatera yang berkekuatan hingga 9 skala Richter dalam sebuah diskusi “Mewaspadai gempa-gempa besar di Indonesia” (Seputar Indonesia 16 September 2007). Namun kemudian BMG dan Dinas Vulkanologi buru-buru membantah isu tersebut ( Dalam running text MetroTV 20 September 2007 ). Jauh hari sebelumnya CNN dan Badan Meteorologi Jepang bahkan sudah memberikan wani-wanti ( early-warning) atas kemungkinan terjadinya gempa tersebut. Yang aneh adalah bahwa pembahasan tentang kemungkinan gempa besar tersebut sama sekali tak dilanjutkan pemberitaannya, dan tiba-tiba saja masyarakat sudah mulai melupakan potensi bencana tersebut, the shows must go on. Dan tak ada “sense of crisis” atas rangkaian bencana itu. Orang tetap “tertawa-tawa” di layar kaca beberapa stasiun TV, oknum pejabat kian sibuk dengan korupsinya serta kita semua lupa dengan potensi gempa dan bencana alam berikutnya yang mengancam di depan mata. Padahal gempa bumi dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Di sepanjang abad, gempa terlah mengakibatkan banyak kematian dan kerugian material yang sugguh besar. Oleh sebab itulah gempa sangat ditakuti. Hingga kini belum ada teknologi yang mampu secara persis mendeteksi gempa secara akurat. Teknologi seismik dan “ early warning system” tercanggih di abad 21-pun hanya mampu meminimalisir kerusakan akibat gempa pada suatu batasan tertentu saja. Jadi yang harus lebih penting disiapkan adalah manajemen penanggulangan bencana yang efektif dan efisien, meminimalkan korban manusia dan kesiapan mental manusianya.

Misteri Waktu
Adakah relevansinya gempa-gempa bumi dan rentetan bencana lain seperti banjir, longsor, lumpur lapindo Sidoarjo dengan kelakuan dan perbuatan buruk manusia zaman sekarang ?, jelas ada dan faktual. Di tataran global, isu pemanasan (global warning ), bahaya percobaan nuklir bawah laut, bencana topan, longsor dan banjir terus mengancam dan mencengkeram dunia. Bagaimana dengan di Indonesia ini ?, tak jauh berbeda malah terkesan lebih potensial mengundang murka alam dan azab Tuhan. Jelas dan sangat kasat mata, perbuatan tercela kini bertebaran di seantero negeri. Tiap hari kita mendengar kasus pembabatan hasil hutan, eksploitasi yang berlebihan dari hasil tambang dan laut. Kriminalitas dan perzinahan dilakukan terang-terangan.Apalagi korupsi merajalela, dari mulai pencurian listrik oleh para pedagang kakilima di pinggir jalan, pungli para preman, sogokan kepada aparat, kecurangan timbangan pedagang, kasus kejahatan bahan pengawet formalin dan chlorine kedalam makanan, sapi gelonggongan, daging oplosan hingga korupsi kelas kakap seperti Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang tak pernah tuntas. Baru-baru ini bahkan negara ini punya “prestasi” baru sebagai negara yang pemimpinnya terkorup (Soeharto dan para kroninya) yang dinyatakan oleh PBB dan Bank Dunia serta juga oleh Transparency International kita digolongkan sebagai negara yang lemot dalam menanggulangi korupsi. Belum habis kita mengurut dada, ada sebuah “contoh” yang oleh Mantan Menkumdang Prof.DR. Muladi di sebut bak petir di siang bolong, yaitu kasus tertangkapnya Koodinator Bidang Pengawasan, Kehormatan, Keluhuran Martabat dan Perilaku Hakim Komisi Yudisisial (KY) Irawady Yunus oleh penyidik KPK dalam kasus suap senilai hampir Rp 1 Miliar pada hari Rabu 26 September 2007 di Jakarta Selatan- masih di suasana bulan suci Ramadan, Astagfirullah. Bagaimana awalnya seseorang yang dikategorikan pemimpin dan ditangan-nya dibebankan harapan rakyat untuk mngemban amanah memberantas perilaku tak terpuji para penegak hukum malah melakukan korupsi ? Kalau sudah begini sulit rasanya para pemimpin kita menanamkan kepercayaan kepada rakyatnya. Bagaimana mungkin “lantai akan bersih jika sapunya kotor dan rusak pula”?. Rakyat sudah teramat lelah dan muak menyaksikan kejahatan yang luar biasa ini. Kalau sudah begini adalah suatu kengerian akan datangnya bencana yang lebih dahsyat dalam waktu dekat. Kondisi dan situasi zaman ini sudah sarat dengan “tanda-tanda” dan telah “matang” baik secara substansi persyaratan pelanggaran akidah dan moral dalam konteks transedental Ilahiyah, maupun potensial secara geologis. Kondisi riil umat manusia sekarang ini, khususnya di Indonesia tampaknya sudah memenuhi “syarat cukup” (sufficient condition) –cukup sudah- untuk segera “dikiamatkan” oleh Allah Ta’ala. Ibaratnya Sang Maha Pencipta tinggal menekan tombol Enter pada Keyboard Kemahakuasaan-Nya yang bisa sewaktu-waktu terealisasi jika “syarat perlu” (necessary condition) telah lengkap yang Password-nya ada dalam genggaman Sang-Maha Pencipta. Perlu menjadi catatan kita adalah bahwa konon potensi gempa besar masih mengancam wilayah Indonesia, namun kapan dan di wilayah mana, tak ada yang secara persis mengetahuinya. Secara awam penulis mencoba “membaca” dan memperhatikan deret waktu kejadian gempa dan tsunami dari mulai dari Aceh tahun 2004 yang lalu hingga gempa Bengkulu baru-baru ini, serta “alih-alih” menghubungkannya dengan prediksi BMG serta gerak “efek domino” sesar semangko di Sumatera 6 cm/tahun. Maka didapatlah deret waktu kejadian mirip deret prima atau deret bilangan ganjil dalam matematika. Mulai dari propinsi Aceh (12:04), Nias (03:05), Yogya (05:06), Pangandaran (07:06) dan Bengkulu (09 : 07). Jarak bulannya adalah 2 (angka akhir), 3, 5 , 7 dan 9… kemudian selisih antara satu gempa besar dengan gempa besar berikutnya (lag time ) dalam hitungan bulan adalah 2 – 13 – 1 – 13 - …Jika deret ini diteruskan mungkinkah akan menjadi …11, 1 dan lag …1 – 2 – 13..dan seterusnya. Mungkinkah ini sebuah koinsidensi –kebetulan belaka ? Jika demikian pertanyaanya adalah akankah terjadi kembali gempa besar antara bulan November ( bulan 11 ) tahun 2007 ini ? atau bulan Februari 2008 atau April 2009 ?. Tentu saja Ini bukan hipotesa dan jauh dari nilai akademis. Namun tidak ada salahnya fenomena ini dijadikan sebagai momentum untuk introspeksi, waspada dan taubatan-nasuha . Anggaplah deskripsi ini sebagai “early warning ” atas perilaku buruk kita semua selama ini. Lagi-lagi ini hanya sebuah bagian kecil dari peringatan-peringatan Tuhan.

Harus Berubah
Pertanyaannya kemudian ialah bisakah kita menghindar dari kemungkinan azab Tuhan itu tanpa Rahmat dan Ampunan-Nya ?. Tuhan tentu akan full-committed dengan sistem semesta alam yang diciptakan-Nya sendiri. Jadi keputusan untuk berlanjut atau tidaknya bencana-bencana ini sepenuhnya adalah “hak prerogatif” Tuhan. Kita hanya bisa kembali memohon ampunan yang tulus kepada-Nya sambil terus berupaya untuk kembali dengan sungguh-sungguh ke jalan yang diRidhoi-Nya, bertaubat dengan menegakkan kalimah Allah, memperbaiki “sistem semesta” bumi dan seisinya serta meninggalkan perilaku fasad dan pendustaan agama. Sebagaimana yang pernah dilakukan Nabi Musa AS yang mengumpulkan 70 ulama terpilih dari kaumnya untuk melakukan istigotshah, berdoa dengan sungguh-sungguh mohon ampunan kepada Alllah SWT sambil terus-menerus memperbaiki diri. (QS Al-Araaf 155). Hal lain yang perlu ditanamkan adalah hendaknya kita semua menjadikan bencana yang telah terjadi ini sebuah pelajaran/hikmah yang teramat mahal. Kita tetap berfikiran positif terhadap kuasa Tuhan. Bahwa dengan bencana Dia tentu ingin bangsa kita lebih pintar, cerdas dan maju secara sains dan teknologi sebagaimana halnya bangsa Jepang yang juga wilayahnya rentan gempa bumi, namun tetap optimis dan maju dalam pembangunan ekonomi bangsanya dengan ethos kerja yang lebih baik. Jadi jangan pernah menyerah pada nasib. Karena Tuhan tak akan mengubah nasib sebuah bangsa, jika bangsa itu tak pernah mengubahnya sendiri. Dengan kemauan dan kerja keras semuanya akan mungkin. Sikap optimisme dan positif diajarkan oleh Nabi SAW dalam Haditsnya “ Andai engkau mengetahui tibanya hari kiamat dan saat ini di tanganmu ada sebutir biji kurma, maka tanamlah…” Selalu ada optimisme dan limpahan harapan, jika kita mau dan mampu. Wallahu A’lam Bisshawab.

No comments: